Rabu, 13 November 2013

Pemimpin Muda Pluralis, Inspirasi Kaum Muda

Banyak tokoh yang menganggap isu pluralisme tidak terlalu penting. Seperti halnya hasil survei Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) baru-baru ini, tidak semua tokoh menempatkan isu ini ke dalam prioritas kerjanya. Padahal merajut sebuah negara yang berwarna-warni seperti Indonesia perlu pemahaman mendalam tentang rasa hormat terhadap perbedaan. Bukan setahun dua tahun membangun kesadaran tentang pluralisme, tetapi harus dijalin berpuluh-puluh bahkan beratus tahun lamanya.
Lihatlah negara tetangga yang hingga kini masih dikungkung sentimen etnis dan agama. Negara jiran itu tidak menempatkan kesadaran pluralisme sebagai capaian pembangunan. Pembangunan tanpa kesadaran untuk menghormati kebebasan dan perbedaan laiknya membangun istana emas tanpa pintu dan jendela, sebuah pembangunan yang semu. Sudah sepatutnya tokoh-tokoh yang menjadi panutan masyarakat mempertimbangkan masalah pluralisme sebagai prioritas pembangunan ke depan.
Bila tokoh lama sudah tidak perlu didekte lagi tentang masalah pluralisme, lain halnya dengan kaum mudanya. Saat ini arus gerakan muda mudi mulai bergeser dari kohesivitas ke arah individualitas. Indikatornya adalah semakin banyaknya anak muda yang mulai apatis dan skeptis terhadap berbagai masalah bangsa. Oleh karena itu, hasil survei LPI yang merilis sekian pemimpin muda paling pluralis perlu mendapat perhatian. Mereka adalah inspirasi kaum muda masa kini yang perlu ditiru pemikiran dan gagasan-gagasannya. Lembaga yang digawangi Bony Hargens tersebut menampilkan sejumlah nama yang dianggap secara jelas memiliki wawasan keindonesiaan, bersikap moderat, membela hak minoritas, mengusahakan kebijakan pro pluralisme, tidak mencampuradukkan urusan agama dengan politik, dan tegas terhadap ormas radikal berjubah agama. Berikut tiga teratas pemimpin muda paling pluralis versi LPI.
Di urutan pertama ada nama Joko Widodo (Jokowi) Gubernur DKI Jakarta yang mendapatkan prosentase 5,12% pemilih. Jokowi dinilai cukup serius dalam menerapkan prinsip-prinsip pluralisme dalam kerja pemerintahannya. Citranya yang dekat dengan wong cilik dan tanpan memandang latar belakang etnis dan agama, mendapat apresiasi dari publik.
Berikutnya adalah Hary Tanoesoedibjo (HT) yang baru-baru ini tampil sebagai elite Partai Hanura. Pengusaha dan bos media papan atas nasional ini kerap mengampanyekan prinsip-prinsip pluralisme dalam aktivitas politik dan sosialnya. Dalam survei LPI kali ini dia mendapat 5,07% pemilih sebagai tokoh pluralis.
Tidak terpaut jauh dari Jokowi dan HT, muncul nama Ali Masykur Musa (AMM) dengan persentase 5,04% Sejak remaja, AMM aktif dalam dunia pergerakan di lingkungan Nahdlatul Ulama. Jiwa dan pemahaman pluralisme menguratsyaraf dan mendarahdaging dalam dirinya. Kesadaran untuk menghormati perbedaan mampu diterjemahkan dalam setiap kerja sosial dan organisasinya. Kedekatannya dengan Gus Dur kian memperkokoh prinsip-prinsip pluralisme dalam bingkai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Baru-baru ini dia diberi tanggung jawab untuk memimpin Badan Audit Lingkungan se-Dunia yang semakin mengasah kepeduliannya, tidak hanya pada perbedaan antar sesama manusia, tetapi juga pada lingkungan alam.